Berpuasa adalah salah satu ibadah wajib bagi umat Muslim di seluruh dunia. Selama bulan Ramadan, umat Muslim berpuasa dari terbit fajar hingga matahari terbenam. Puasa adalah salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Selama puasa, umat Muslim harus menahan diri dari makan, minum, dan melakukan perbuatan yang dapat membatalkan puasa, seperti mengeluarkan air mani, melakukan hubungan seksual, atau mengonsumsi obat-obatan tertentu.

Namun, bagaimana jika dalam keadaan berpuasa, seseorang menangis? Apakah menangis dapat membatalkan puasa? Pertanyaan ini seringkali muncul di kalangan umat Muslim yang sedang menjalankan ibadah puasa.

Menangis pada dasarnya adalah sebuah tanda emosi yang dirasakan oleh seseorang. Kita bisa menangis karena sedih, senang, takut, atau bahkan kecewa. Namun, menangis tidak akan membatalkan puasa. Sebab, menangis bukanlah perbuatan yang sengaja dilakukan untuk membatalkan puasa.

Menurut sebagian ulama, menangis ketika berpuasa malah dapat membantu seseorang untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dalam kondisi menangis, seseorang dapat merasakan ketenangan dan ketakwaan yang lebih dalam. Oleh karena itu, menangis bukanlah suatu yang dilarang selama berpuasa.

Namun, jika menangis disebabkan oleh hal-hal yang dapat membatalkan puasa, seperti makan atau minum, maka puasa tersebut menjadi batal. Selain itu, jika menangis disebabkan oleh perbuatan dosa, maka seseorang harus segera bertaubat dan memperbaiki diri agar tidak terjerumus lagi dalam perbuatan dosa.

Kesimpulannya, menangis ketika berpuasa bukanlah suatu yang dilarang atau bahkan membatalkan puasa. Namun, seseorang harus memperhatikan penyebab dari menangis tersebut. Jika menangis disebabkan oleh hal-hal yang membatalkan puasa, maka puasa menjadi batal. Oleh karena itu, sebagai umat Muslim yang bertakwa, kita harus selalu memperhatikan dan memperbaiki diri agar ibadah puasa kita dapat terlaksana dengan baik.



Can We Cry When Fasting?

When observing the Islamic holy month of Ramadan, it is a common belief that those fasting must remain strong at all times and refrain from showing emotions. A majority of religious scholars have called into question if we are allowed to cry during this sacred period. Let us explore the potential wisdoms behind this notion.

The Islamic scriptures have highlighted that an individual only gains a portion of their reward as a fasting individual if they fast genuinely, with a sincere heart. They must remove themselves away from physical and emotional activities that could potentially break the fast. Therefore, crying could be seen as a sign of self-control loss and an indication of a disheartened state. It is believed that those who cannot master their emotions and prevent the involuntary act of crying cannot reap the desired rewards during this month of discipline.

On the other hand, Islamic scholars believe it is permissible to cry when one remembers Allah and his deeds or recite the Qur’an while unable to control the tears. They suggest that it is a sign of gratefulness from a person and portrays their humility as a servant of Allah. Furthermore, crying due to a calamity or for any other arbitrary reason is seen as not a disruption of the fast as it does not render the fast invalid.

In conclusion, the Islamic scripture has different views on whether a person should be crying while observing this holy month. Some view it as a sign of forbearance and humility as stated above, while others believe that it only impacts one’s reward during the period. Either way, a better understanding of the teachings of this religion is recommended to appreciate the sentiments behind this mentality.
Kalo menarik, bagikan ya!
You May Also Like